Sunday, October 9, 2011

Dimana Hujan

Senin.
Selasa.
Rabu.
Kamis.
Jumat.
Sabtu, dan  sekarang ...
Minggu.

Belum hujan juga ternyata. Padahal ini bulan Oktober. Padahal seharusnya hujan sudah turun sejak sebulan yang lalu. Aku termangu di jendela kamarku yang suram, menatap bintang yang rasanya jadi suram juga.

"Hhhhh!" aku menghembuskan napas berat, mungkin untuk yang ke-32 kalinya selama setengah jam ini. Rasa-rasanya beberapa hari ini memang terasa
jadi berat. Suram. Kamar yang berantakan, buku dimana-mana, pakaian-pakaian yang belum kucuci, daftar tugas dan ulangan yang menumpuk, lalu kepalaku yang akhir-akhir ini terasa sangat sakit.

"Hhhhh!" menyebalkan sekali merasakan hal-hal seperti ini. Aku kembali menatap halaman yang kosong. Lampu yang menyinarinya bergerak-gerak hampa tertiup angin. Samar-samar aku melihat rintik hujan membasahi tanah itu, lalu langit terlihat semakin terang. Seorang gadis cilik dengan gembira berlari-lari di tengah rintik hujan yang semakin deras. Sepertinya aku mengenal gadis cilik itu. Lalu tiba-tiba kepalaku kembli berdenyut-denyut. Sakit. Kali ini sakitnya benar-benar menyiksaku. Aku memegang kepalaku, air mataku mengalir menahan sakit yang luar biasa ini. Lalu semuanya gelap.

***
Tyas Amira Putri
05 - 04 - 1994
09 - 10 - 2011

0 comments:

Post a Comment

Sunday, October 9, 2011

Dimana Hujan

Posted by Chibinaima at 10:49:00 AM
Senin.
Selasa.
Rabu.
Kamis.
Jumat.
Sabtu, dan  sekarang ...
Minggu.

Belum hujan juga ternyata. Padahal ini bulan Oktober. Padahal seharusnya hujan sudah turun sejak sebulan yang lalu. Aku termangu di jendela kamarku yang suram, menatap bintang yang rasanya jadi suram juga.

"Hhhhh!" aku menghembuskan napas berat, mungkin untuk yang ke-32 kalinya selama setengah jam ini. Rasa-rasanya beberapa hari ini memang terasa
jadi berat. Suram. Kamar yang berantakan, buku dimana-mana, pakaian-pakaian yang belum kucuci, daftar tugas dan ulangan yang menumpuk, lalu kepalaku yang akhir-akhir ini terasa sangat sakit.

"Hhhhh!" menyebalkan sekali merasakan hal-hal seperti ini. Aku kembali menatap halaman yang kosong. Lampu yang menyinarinya bergerak-gerak hampa tertiup angin. Samar-samar aku melihat rintik hujan membasahi tanah itu, lalu langit terlihat semakin terang. Seorang gadis cilik dengan gembira berlari-lari di tengah rintik hujan yang semakin deras. Sepertinya aku mengenal gadis cilik itu. Lalu tiba-tiba kepalaku kembli berdenyut-denyut. Sakit. Kali ini sakitnya benar-benar menyiksaku. Aku memegang kepalaku, air mataku mengalir menahan sakit yang luar biasa ini. Lalu semuanya gelap.

***
Tyas Amira Putri
05 - 04 - 1994
09 - 10 - 2011

0 comments on "Dimana Hujan"

Post a Comment

 

Blog Template by YummyLolly.com