Oh, hai! Namaku Putri Embun. Yap. Putri Embun. Ya ampun, jangan melongo begitu, deh! Oke oke, kalau kamu masih aneh mendengar namaku yang asoy itu, aku kenalkan nama asliku ya? Namaku Puspitaning Ayu Putri Kedaton. Oh God. Kamu sungguh keterlaluan! Jangan menertawaiku seperti itu, dong ... Itu benar-benar nama asliku, tahu! Karena namaku kayaknya terlalu panjang (dan eksotik), kamu boleh memanggilku dengan Putri Embun. Lebih enak diucapkan, didengarkan, dan dirasakan bukan? Hohoho.
Wednesday, April 27, 2011
Friday, April 15, 2011
Untuk Ibu
Kamar kostku, 15 April 2011
Untuk Ibu
Ibu, tahukah engkau?
Aku sungguh rindu padamu malam ini. Memikirkan aku akan punya adik bulan Juni mendatang membuatku agak sedikit takut. Takut bahwa mungkin saja rasa sayangmu padaku nanti akan beralih pada adikku.
Ibu, jangan salah sangka.
Aku hanya ingin memilikimu seutuhnya. Tak ingin berbagi dengan siapapun. Aku tahu ini egois. Mungkin saja setelah adikku lahir nanti aku akan membencinya untuk beberapa waktu. Atau mungkin juga itu tidak terjadi karena ternyata dia adalah adik yang lucu sekali. Melihat wajah mungil dan tak berdayanya nanti mungkin akan membuatku rela melepas sayang yang engkau beri padaku untuknya.
Labels:
Cerpen
Subscribe to:
Posts (Atom)
Wednesday, April 27, 2011
Pangeran Bintang dan Putri Embun
Oh, hai! Namaku Putri Embun. Yap. Putri Embun. Ya ampun, jangan melongo begitu, deh! Oke oke, kalau kamu masih aneh mendengar namaku yang asoy itu, aku kenalkan nama asliku ya? Namaku Puspitaning Ayu Putri Kedaton. Oh God. Kamu sungguh keterlaluan! Jangan menertawaiku seperti itu, dong ... Itu benar-benar nama asliku, tahu! Karena namaku kayaknya terlalu panjang (dan eksotik), kamu boleh memanggilku dengan Putri Embun. Lebih enak diucapkan, didengarkan, dan dirasakan bukan? Hohoho.
Friday, April 15, 2011
Untuk Ibu
Kamar kostku, 15 April 2011
Untuk Ibu
Ibu, tahukah engkau?
Aku sungguh rindu padamu malam ini. Memikirkan aku akan punya adik bulan Juni mendatang membuatku agak sedikit takut. Takut bahwa mungkin saja rasa sayangmu padaku nanti akan beralih pada adikku.
Ibu, jangan salah sangka.
Aku hanya ingin memilikimu seutuhnya. Tak ingin berbagi dengan siapapun. Aku tahu ini egois. Mungkin saja setelah adikku lahir nanti aku akan membencinya untuk beberapa waktu. Atau mungkin juga itu tidak terjadi karena ternyata dia adalah adik yang lucu sekali. Melihat wajah mungil dan tak berdayanya nanti mungkin akan membuatku rela melepas sayang yang engkau beri padaku untuknya.
Subscribe to:
Posts (Atom)